Senin, 14 September 2009

Kuliah Hari Pertama

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WITA. Tapi saya enggan beranjak dari depan layar laptop. biasanya hari-hari sebelumnya pada jam-jam segini, saya sudah cuci kaki, bersihin muka, dan sudah siap untuk tidur. Namun, hari ini rasanya males sekali untuk bangun dari tempat duduk dan mematikan laptop kesayangan. Padahal semua postingan di Facebook sudah selesai saya baca. akhirnya saya putuskan untuk membuka blog dan sedikit menuangkan segala macam unek-unek yang ada di kepala ini.

Hari ini adalah hari pertama saya kuliah S2 di Magister Akuntansi Universitas Udayana. Walaupun saya akui, ada sedikit rasa sesal juga di hati ini, bahwa apa yang saya menjadi cita-cita dan impian saya sejak dulu, kandas sudah. Impian untuk bisa mengenyam pendidikan Magister sekaligus PPAK di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM. Kalau biasanya di tv, saya banyak melihat reality show maupun sinetron yang menayangkan banyak anak-anak putus sekolah karena masalah biaya. Sedangkan saya, walaupun tidak putus sekolah, tapi impian saya untuk bisa kuliah d UGM, tidak tercapai. Bukan lantaran tidak ada biaya. Tapi lebih kepada tanggung jawab yang harus saya pikul. Sebagai anak satu-satunya di keluarga ini, sebagai orang Bali dan memeluk Agama Hindu, tentunya banyak sekali adat-istiadat yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Di bali, keterlibatan dalam adat, lebih dikenal dengan "ngayah". Selain itu, banyak sekali rerahinan dan kegiatan keagamaan lainnya di Bali ini yang harus saya lakukan.

Lagipula, saya juga tidak tega harus meninggalkan kedua orang tua saya hanya berdua di rumah, karena kami tidak punya pembantu. Apalagi keadaan orang tua saya yang sudah muai sering sakit dan jarang bisa melakukan pekerjaan rumah sendirian. Hal inilah yang kemudian memaksa saya untuk berpikir dan berpikir terus mengenai impian itu. Dan pada akhirnya, dengan mengesampingkan ego, saya memutuskan untuk meneruskan kuliah Magister di UNUD.

Kuliah hari pertama, Teori Akuntansi Keuangan, ternyata menyenangkan juga, dan yang membuat saya sedikit shock adalah dosennya ada pak geri dan pak sukartha yang notabene bekas pembimbing dan penguji skripsi saya. Tapi itu bukan masalah juga, karena ternyata pak geri itu menyenangkan juga dalam mengajar. Apalagi beliau adalah dosen yang disiplin, sangat objektif dan juga pintar. Itulah yang saya sukai dari beliau.

Selama kuliah berlangsung, beliau banyak bercerita mengenai perjalanan hidupnya hingga membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Hhhmmmm.....sangat berkesan. Orang tuanya berharap bahwa anaknya bisa menjadi seorang dokter, tapi apa mau dikata, nasib ternyata berkata lain, tidak diterima di fakultas kedokteran, tidak pernah membuatnya berkecil hati dan berhenti berusaha. Karena itu kuliah di kedokteran memang bukan cita-citanya. keinginan sebenarnya adalah kuliah di ekonomi, dan jadilah dia seperti sekarang ini. berdiri di hadapan saya sebagai seorang dosen yang sudah diakui kepintaran dan dedikasinya di Udayana ini.

Dari sini saya belajar, bahwa walaupun segala sesuatu yang menjadi keinginan kita tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh orang tua kita, tidak lantas membuat kita 'ngambul'. Seperti Pak Geri, walaupun fakultas kedokteran bukan impiannya, namun demi memenuhi keinginan orang tua, beliau berusaha dengan keras untuk bisa menembus bangku kuliah di fakultas kedokteran. Namun ternyata tidak diterima juga. Manusia hanya bisa berusaha, namun Tuhan jualah yang menentukan, yang bisa kita lakukan adalah berusaha dengan sebaik-baiknya. kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Tuhan punya rencana lain buat kita yang tidak akan pernah kita ketahui apa itu. dan pastinya rencana itu adalah yang terbaik buat kita, n i believe it....